Bahan Renungan Gereja Masehi Injili di Minahasa
Minggu 25 Agustus 2013.
NAS PEMBIMBING:
Amsal 24:21
Bahan Alkitab:
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Markus pasal 12:13-17, mengisahkan tentang orang-orang Farisi (Golongan para rabi dan ahli Taurat yang berpegang pada kitab Tuarat dan adat-istiadat nenek moyang) bersama-sama dengan orang-orang Herodian (Para pengikut dan pendukung Herodes Antipas, anak Herodes Agung) yang datang mencobai Yesus dengan menyodorkan pertanyaan apakah boleh membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan yang sifatnya menjebak. Sebab, menjadi kewajiban dari orang-orang Yahudi yang tinggal di tanah Palestina pada saat itu untuk membayar pajak kepada pemerintah Roma yang berkuasa atas negeri mereka.
Makna dan Implikasi Firman
Pemahaman serta sikap Tuhan Yesus dan rasul Paulus yang mendukung pemerintah, kiranya dapat menjadi panutan bagi gereja masa kini dalam menentukan sikapnya terhadap pemerintah. Pada dasarnya pemerintah memiliki kuasa dalam hal pengambilan keputusan untuk kepentingan banyak orang. Sebab itu Gereja secara institusi dan personal diingatkan untuk tidak terjerumus pada sikap yang kontra, ataupun masa bodoh, acuh tak acuh, sehingga tidak mau menopang program-program pemerintah demi mendatangkan kesejahteraan bagi banyak orang. Sebagai jemaat yang adalah warga negara, hendaklah menyadari akan kewajiban-kewajibannya terhadap negara, jemaat juga harus bersifat kritis terhadap pemerintah, dengan mencermati kebijakan-kebijakan publik yang diambil. Apakah kebijakan-kebijakan itu menyejahterakan masyarakat atau tidak? Jika ternyata kedapatan bahwa kebijakan yang diambil cenderung untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, maka selaku warga jemaat patut untuk menyampaikan suara kenabiannya secara baik dan sopan. Dalam hal-hal ini gereja dapat menjadi sebagai alat kontrol sosial.
Minggu 25 Agustus 2013.
NAS PEMBIMBING:
Amsal 24:21
Bahan Alkitab:
- Markus 12:13-17
- Roma 13:1-7
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja yang diutus oleh Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menjadi terang dan garam dunia. Sebagai persekutuan orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan yang menyandang status sebagai warga gereja adalah juga warga negara. Karena itu warga gereja memiliki status kewarganegaraan yang rangkap.
Gereja yang diutus oleh Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menjadi terang dan garam dunia. Sebagai persekutuan orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan yang menyandang status sebagai warga gereja adalah juga warga negara. Karena itu warga gereja memiliki status kewarganegaraan yang rangkap.
Di satu pihak dia adalah warga kerajaan
Allah, tetapi di lain pihak adalah warga negara. Sebab kehidupan sebagai
warga gereja tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya sebagai warga
negara.
Demikian halnya dengan gereja secara
intitusi. Gereja ada dalam kaitannya dengan institusi lain, khususnya
Institusi pemerintah di mana dia ada. Sehubungan dengan hal ini maka
diangkatlah tema tentang Sikap Gereja Terhadap Pemerintah.
Hal ini bermaksud untuk memberikan pemahaman yang Alkitabiah tentang
bagaimana sikap gereja terhadap pemerintah. Sebab tidak dapat disangkal
bahwa masih banyak warga gereja yang belum paham mengenai hal ini dan
masih banyak juga yang bersifat ambigu (mendua).
Dengan diangkatnya tema ini diharapkan
supaya warga gereja khususnya GMIM, akan mendapatkan pemahaman yang
Alkitabiah tentang bagaimana seharusnya gereja bersikap terhadap
pemerintah, sebagai bagian dari implementasi iman.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Markus pasal 12:13-17, mengisahkan tentang orang-orang Farisi (Golongan para rabi dan ahli Taurat yang berpegang pada kitab Tuarat dan adat-istiadat nenek moyang) bersama-sama dengan orang-orang Herodian (Para pengikut dan pendukung Herodes Antipas, anak Herodes Agung) yang datang mencobai Yesus dengan menyodorkan pertanyaan apakah boleh membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan yang sifatnya menjebak. Sebab, menjadi kewajiban dari orang-orang Yahudi yang tinggal di tanah Palestina pada saat itu untuk membayar pajak kepada pemerintah Roma yang berkuasa atas negeri mereka.
Sementara itu Kaisar adalah pemimpin
tertinggi Romawi. Seandainya Yesus menjawab tidak, maka Ia dapat
dituduhkan melakukan pelanggaran subversif, yakni tindakan yang
melawan pemerintah. Sadar akan hal tersebut, juga karena mengetahui
kemunafikan mereka, maka Yesus memberikan jawaban yang sangat tepat dan
tidak berbelit-belit dengan menggunakan metode bertanya. Yesus meminta
supaya mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Dinar adalah mata uang
perak yang bergambar Kaisar Tiberius di satu sisinya dan di sisi lain
bertuliskan: Tiberius Kaisar Agustus, anak Agustus.
Yesus
kemudian bertanya kepada mereka gambar dan tulisan siapakah itu? Mereka
menjawab: Gambar dan Tulisar Kaisar. Berdasarkan jawaban itulah maka
Yesus kemudian berkata: berikanlah kepada Kiasar apa yang wajib kamu
berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan
kepada Allah (ayat 17).
Jawaban
Yesus kepada orang-orang Farisi dan Herodian adalah pernyataan
sikap-Nya terhadap kaisar pada saat itu. Yesus ternyata tidak anti
pemerintah, dalam hal ini Kaisar tetapi Ia sendiri adalah Raja di atas
segala raja. Bahwasanya Kaisar mempunyai hak dan wewenang tertentu
sehingga kepadanya perlu diberikan penghormatan dan ketaatan, antara
lain dengan membayar pajak, tenpa mengabaikan ketaatan mutlak kepada
Allah. Atas jawaban Yesus yang tegas, jelas dan tidak kabur maka mereka
yang mendengarkan jawaban-Nya sangat heran, sehingga tidak dapat
menuduhkan kepada-Nya hal-hal yang tidak patut.
Sikap
Yesus seperti inilah yang mendasari kesaksian/pemberitaan para Rasul,
di antaranya ialah Rasul Paulus. Bagi Paulus, pemerintah adalah mereka
yang berkuasa, sebab kata pemerintah dalam perikop ini diterjemahkan
dari kata exousia yaitu kuasa. Karena itu kepada jemaat
di Roma rasul Paulus memberikan nasihat tentang bagaimana jemaat harus
bersikap terhadap pemerintah. Paulus memahami bahwa pemerintah berasal
dari Allah dan ditetapkan oleh Allah (Roma 13:1). Pemerintah adalah
hamba Allah (Yunani= diakonos gar Theou) untuk kebaikan banyak
orang. Kepatuhan terhadap pemerintah haruslah dinyatakan, antara lain
dengan membayar pajak, sebab mereka yang mengurus hal itu adalah
pelayan-pelayan Allah (Yunani: leiturgos gar Theou). Jadi,
sikap Paulus terhadap pemerintah sangat jelas, sama seperti sikap Yesus,
di mana baik Yesus maupun Paulus tidak membuat pertentangn antara
persekutuan orang percaya (jemaat) dengan pemerintah tetapi justru
mengajak jemaat untuk taat pada pemerintah. Paulus memahami bahwa
pemerintah adalah hamba Allah/pelayan-pelayan Allah. Sebab itu mereka
yang menyandang status sebagai hamba Allah, patut untuk dihormati.
Makna dan Implikasi Firman
Pemahaman serta sikap Tuhan Yesus dan rasul Paulus yang mendukung pemerintah, kiranya dapat menjadi panutan bagi gereja masa kini dalam menentukan sikapnya terhadap pemerintah. Pada dasarnya pemerintah memiliki kuasa dalam hal pengambilan keputusan untuk kepentingan banyak orang. Sebab itu Gereja secara institusi dan personal diingatkan untuk tidak terjerumus pada sikap yang kontra, ataupun masa bodoh, acuh tak acuh, sehingga tidak mau menopang program-program pemerintah demi mendatangkan kesejahteraan bagi banyak orang. Sebagai jemaat yang adalah warga negara, hendaklah menyadari akan kewajiban-kewajibannya terhadap negara, jemaat juga harus bersifat kritis terhadap pemerintah, dengan mencermati kebijakan-kebijakan publik yang diambil. Apakah kebijakan-kebijakan itu menyejahterakan masyarakat atau tidak? Jika ternyata kedapatan bahwa kebijakan yang diambil cenderung untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, maka selaku warga jemaat patut untuk menyampaikan suara kenabiannya secara baik dan sopan. Dalam hal-hal ini gereja dapat menjadi sebagai alat kontrol sosial.
Pemerintah
sebagai pejabat publik yang memiliki wewenang untuk mengambil berbagai
keputusan dan kebijakan dalam rangka pengelolaan berbagai sumber daya
yang ada, perlu juga diberi kesadaran bahwa mereka adalah hamba Allah
atau Pelayan Allah untuk mendatangkan kesejahteraan bagi banyak orang.
Oleh sebab itu, mereka juga disebut sebagai pelayan masyarakat. Sebagai
pelayan masyarakat tentu memerlukan dukungan dari warga jemaat dalam
merealisasikan program-programnya. Dalam surat Titus 3:1 disebutkan: Ingatkanlah
mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang berkuasa,
taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Pada
prinsipnya orang-orang yang melaksanakan tugas pelayanan terhadap
masyarakat perlu diberi penghormatan khusus, tanpa harus melebihi
penghormatan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala Raja
yang kepada-Nya segala bangsa akan datang sujud menyembah (Wahyu 15:4).
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah sikap Yesus dan Rasul Paulus terhadap pemerintah masih relevan untuk konteks kita di Indonesia sekarang ini? Jelaskan.
- Menurut pengamatan saudara, bagaimanakah cara Gereja bersikap terhadap pemerintah saat ini?
- Bagaimanakah gereja harus bersikap terhadap pemerintah, kendati ada yang tidak seiman dengan kita?
POKOK-POKOK DOA
- Berdoa untuk pemerintah selaku hamba Allah dalam melaksanakan tugas mereka untuk kesejahteraan banyak orang.
- Berdoa untuk warga gereja (GMIM) untuk tetap giat bekerja dan menopang program-program pemerintah.
- Berdoa untuk relasi antara gereja dan pemerintah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: PKJ No.2
Pembukaan: KJ No.19,1,5
Pengakuan Dosa: NNBT No.11
Berita Anugerah: NNBT No.20
Pembacaan Alkitab: KJ No.49
Persembahan: KJ No.337
Penutup: KJ No.336:1,3
Persiapan: PKJ No.2
Pembukaan: KJ No.19,1,5
Pengakuan Dosa: NNBT No.11
Berita Anugerah: NNBT No.20
Pembacaan Alkitab: KJ No.49
Persembahan: KJ No.337
Penutup: KJ No.336:1,3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar