EKOLIGI DAN IMAN KRISTEN
KEJADIAN 2 : 8 – 17; ROMA 8 : 18 - 22
Isue hangat yang
berkaitan dengan masalah ekologis dunia sekarang ini ialah pemanasan global
(global warming). Pemanasan global terjadi karena polusi udara yang disebabkan
oleh asap kendaraan dan pembakaran di pabrik-pabrik. Selain itu, penggundulan
hutan yang tak terkendali yang tanpa dibarengi dengan reboisasi telah turut
menyumbang bagi pemanasan bumi ini. Suhu bumi semakin panas.
Tahun 1991, Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se Dunia
di Canberra, yang mengambil tema: “Come, Holy Spirit Renew the Whole Creation”, menjadi puncak dari pergumulan dan perjuangan
gereja-gereja di dunia mengenai upaya menyelamatkan lingkungan dan planet bumi.
Dalam Sidang raya ini dirumuskan secara tegas pemikiran teologi mengenai
hubungan manusia dengan lingkungan, dalam mengahadapi krisis lingkungan global,
yang garis besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Allah telah mencipta alam raya ini baik adanya (Kejadian 1:31, band. I Timotius
4:4). Itu sebabnya seluruh ciptaan Allah dalam segala keindahan dan
keagungannya memancarkan kebesaran dan kemuliaan Sang Pencipta (Mazmur 19).
Karena Allah adalah Pencipta maka Allah adalah pemilik yang berdaulat atas
seluruh ciptaan-Nya.. (Mazmur 24).
2.
ó Di dalam dan melalui Yesus
Kristus segala sesuatu telah diciptakan (Yohanes 1; Kolose 1:16) dan segala
sesuatu diperdamaikan dengan Allah (II Korintus 5:19; Kolose 1:20); serta
seluruh ciptaan Allah mencapai kepenuhannya (Kolose 1:19). Segala sesuatu,
manusia dan ciptaan lain akan
dipersatukan di dalam Kristus (Efesus 1:10) dan akan diperbarui dalam langit
dan bumi yang baru (Wahyu 21:5) Jadi karya penebusan Yesus Kristus telah
membarui bukan hanya kehidupan manusia tetapi kehidupan seluruh dunia (kosmos).
3. Kehadiran ilahi dari Roh Kudus dalam
ciptaan mengikat manusia dengan seluruh ciptaan lainnya. Roh Kudus terus
menerus memelihara dan membarui ciptaan/bumi (Mazmur 104:30).
4.
Manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan sekaligus sebagai
penatalayan ciptaan Allah yang lain (Kejadian 1:26-27; 2:7); ditugaskan untuk
memakai dan memelihara bumi/ciptaan lain (Kejadian 2:15), tidak semata-mata
untuk menguasai dan menaklukkannya. Aspek khusus dari penciptaan manusia sebagai
Gambar Allah dinampakkan dalam tugas memelihara dan menjaga ciptaan seperti
Allah memelihara ciptaan-Nya.
5. Dosa manusia telah merusakkan hubungan
Allah dengan manusia, termasuk semua ciptaan lain (Kejadian 3) maka seluruh
makhluk menantikan saat pembebasan dari kebinasaan (Roma 8: 19-22).
6 Gereja selaku persekutuan orang-orang yang
telah ditebus yang sekaligus menjadi tanda
ciptaan baru dalam Kristus (II Korintus 5:7), dipanggil oleh Allah untuk
berperan dalam pembaruan ciptaan. Dengan dikuatkan oleh Roh Kudus, orang-orang
Kristen dipanggil untuk bertobat dari penyalahgunaan dan perlakuan kejam
terhadap alam. Gereja perlu merefleksikan apresiasi baru tentang ciptaan
sebagai dasar dan dorongan bertanggung
jawab terhadap seluruh ciptaan.
7.
Dalam masa sekarang kita menghadapi dua masalah utama secara global yang
saling terkait yaitu krisis ketidak adilan sosial dan krisis ekologi dan
lingkungan hidup. Untuk mewujudkan keadilan kita dituntut memberikan perhatian
pada semua ciptaan: tanah, air, semua orang, tumbuhan, dan semua bentuk
kehidupan lainnya.
Pernyataan sidang
Dewan Gereja seDunia ini mengintegrasikan kesaling-bergantungan
kebutuhan-kebutuhan ekologis, sosial, ekonomi, politik dan spiritual. Keadilan
sosial untuk semua umat manusia dan keadilan ekologis kepada seluruh ciptaan
harus berjalan bersama. Jadi, berbicara tentang kelestarian ekologi pasti
berkaitan dengan masalah keadilan, ekonomi, politik, dan spiritualitas kita
kepada Tuhan. Dalam Sidang Raya WCC 1998 di Harare, dirumuskan sebagai
“keadilan kepada seluruh ciptaan Allah”
Maksud manusia
menguasai Bumi adalah agar alam dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan
anak cucunya. Pada gilirannya karunia alam mendorong puji syukur kepada Allah
yang mahabaik. Alam bukan untuk memenuhi kerakusan manusia. Penguasaan atas
alam terkait dengan kesejahteraan yang berkelanjutan.Penguasaan atas alam
dibatasi tujuan penguasaan itu sendiri, yakni demi kesejahteraan bersama. Maka,
wujud penguasaan manusia atas alam bukan menggunduli hutan, mengeruk pasir yang
menimbulkan abrasi, atau membuang sampah sembarangan.
Iman Kristen
memahami kerusakan lingkungan hidup sebagai bagian dan wujud dari perilaku
manusia yang tidak sejalan dengan tujuan Tuhan menciptakan alam semesta.
Memelihara Bumi dan tidak merusak ekosistem adalah bukti penguasaan diri
manusia. Dunia adalah tempat tinggal bersama yang sesama penghuninya hidup
bergantung. Wujud kuasa manusia atas alam terlihat dalam batasan mandat untuk
memeliharanya. Perilaku ramah lingkungan adalah bagian iman, salah satu ujian
iman yang membumi. Maka, bencana alam yang sedang mendera kita bukan hanya
fenomena alam, tetapi karena kelalaian kita sebagai pelaksana mandat Allah
untuk mengelola bumi ini sebaik mungkin.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup tidak lagi perlu
dipertanyakan. Barangkali yang menjadi persoalan adalah praktek dalam kehidupan
sehari-hari setiap orang. Jadi, kita harus ingat! Bukan hanya langit dan Bumi
diciptakan Tuhan, tetapi manusia dan taman. Manusia ditakdirkan hidup dalam
taman, dalam suatu ketergantungan.
Taman bagi lurah adalah wilayah kelurahan, kecamatan bagi
camat, kabupaten bagi bupati, kota bagi wali kota, provinsi bagi gubernur, dan
negeri bagi presiden. Pejabat yang dengan enteng meyakinkan rakyat bahwa
bencana adalah fenomena alam sedang lari dari tanggung jawab publiknya. Kita masing-masing mempunyai taman yang
perlu dipelihara. Rumah dan lingkungan sekitar, kantor, jalan yang kita lalui.
Di mana kita berada, lingkungan adalah taman yang harus dipelihara. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar