Minggu, 04 Agustus 2013

EKOLOGI DAN IMAN KRISTEN



EKOLIGI DAN IMAN KRISTEN
KEJADIAN 2 : 8 – 17; ROMA 8 : 18 - 22
Isue hangat yang berkaitan dengan masalah ekologis dunia sekarang ini ialah pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi karena polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan dan pembakaran di pabrik-pabrik. Selain itu, penggundulan hutan yang tak terkendali yang tanpa dibarengi dengan reboisasi telah turut menyumbang bagi pemanasan bumi ini. Suhu bumi semakin panas.
Tahun 1991, Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se Dunia di Canberra, yang mengambil tema: “Come, Holy Spirit Renew the Whole Creation”, menjadi puncak dari pergumulan dan perjuangan gereja-gereja di dunia mengenai upaya menyelamatkan lingkungan dan planet bumi. Dalam Sidang raya ini dirumuskan secara tegas pemikiran teologi mengenai hubungan manusia dengan lingkungan, dalam mengahadapi krisis lingkungan global, yang garis besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.    Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Allah telah mencipta alam raya ini baik adanya (Kejadian 1:31, band. I Timotius 4:4). Itu sebabnya seluruh ciptaan Allah dalam segala keindahan dan keagungannya memancarkan kebesaran dan kemuliaan Sang Pencipta (Mazmur 19). Karena Allah adalah Pencipta maka Allah adalah pemilik yang berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya.. (Mazmur 24).
 2.   ó  Di dalam dan melalui Yesus Kristus segala sesuatu telah diciptakan (Yohanes 1; Kolose 1:16) dan segala sesuatu diperdamaikan dengan Allah (II Korintus 5:19; Kolose 1:20); serta seluruh ciptaan Allah mencapai kepenuhannya (Kolose 1:19). Segala sesuatu, manusia dan ciptaan lain  akan dipersatukan di dalam Kristus (Efesus 1:10) dan akan diperbarui dalam langit dan bumi yang baru (Wahyu 21:5) Jadi karya penebusan Yesus Kristus telah membarui bukan hanya kehidupan manusia tetapi kehidupan seluruh dunia (kosmos).
3.    Kehadiran ilahi dari Roh Kudus dalam ciptaan mengikat manusia dengan seluruh ciptaan lainnya. Roh Kudus terus menerus memelihara dan membarui ciptaan/bumi (Mazmur 104:30).
 4.   Manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan sekaligus sebagai penatalayan ciptaan Allah yang lain (Kejadian 1:26-27; 2:7); ditugaskan untuk memakai dan memelihara bumi/ciptaan lain (Kejadian 2:15), tidak semata-mata untuk menguasai dan menaklukkannya. Aspek khusus dari penciptaan manusia sebagai Gambar Allah dinampakkan dalam tugas memelihara dan menjaga ciptaan seperti Allah memelihara ciptaan-Nya.
5.    Dosa manusia telah merusakkan hubungan Allah dengan manusia, termasuk semua ciptaan lain (Kejadian 3) maka seluruh makhluk menantikan saat pembebasan dari kebinasaan (Roma 8: 19-22).
6    Gereja selaku persekutuan orang-orang yang telah ditebus yang sekaligus menjadi tanda  ciptaan baru dalam Kristus (II Korintus 5:7), dipanggil oleh Allah untuk berperan dalam pembaruan ciptaan. Dengan dikuatkan oleh Roh Kudus, orang-orang Kristen dipanggil untuk bertobat dari penyalahgunaan dan perlakuan kejam terhadap alam. Gereja perlu merefleksikan apresiasi baru tentang ciptaan sebagai  dasar dan dorongan bertanggung jawab terhadap seluruh ciptaan.
 7.   Dalam masa sekarang kita menghadapi dua masalah utama secara global yang saling terkait yaitu krisis ketidak adilan sosial dan krisis ekologi dan lingkungan hidup. Untuk mewujudkan keadilan kita dituntut memberikan perhatian pada semua ciptaan: tanah, air, semua orang, tumbuhan, dan semua bentuk kehidupan lainnya.
Pernyataan sidang Dewan Gereja seDunia ini mengintegrasikan kesaling-bergantungan kebutuhan-kebutuhan ekologis, sosial, ekonomi, politik dan spiritual. Keadilan sosial untuk semua umat manusia dan keadilan ekologis kepada seluruh ciptaan harus berjalan bersama. Jadi, berbicara tentang kelestarian ekologi pasti berkaitan dengan masalah keadilan, ekonomi, politik, dan spiritualitas kita kepada Tuhan. Dalam Sidang Raya WCC 1998 di Harare, dirumuskan sebagai “keadilan kepada seluruh ciptaan Allah”

Maksud manusia menguasai Bumi adalah agar alam dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan anak cucunya. Pada gilirannya karunia alam mendorong puji syukur kepada Allah yang mahabaik. Alam bukan untuk memenuhi kerakusan manusia. Penguasaan atas alam terkait dengan kesejahteraan yang berkelanjutan.Penguasaan atas alam dibatasi tujuan penguasaan itu sendiri, yakni demi kesejahteraan bersama. Maka, wujud penguasaan manusia atas alam bukan menggunduli hutan, mengeruk pasir yang menimbulkan abrasi, atau membuang sampah sembarangan.

Iman Kristen memahami kerusakan lingkungan hidup sebagai bagian dan wujud dari perilaku manusia yang tidak sejalan dengan tujuan Tuhan menciptakan alam semesta. Memelihara Bumi dan tidak merusak ekosistem adalah bukti penguasaan diri manusia. Dunia adalah tempat tinggal bersama yang sesama penghuninya hidup bergantung. Wujud kuasa manusia atas alam terlihat dalam batasan mandat untuk memeliharanya. Perilaku ramah lingkungan adalah bagian iman, salah satu ujian iman yang membumi. Maka, bencana alam yang sedang mendera kita bukan hanya fenomena alam, tetapi karena kelalaian kita sebagai pelaksana mandat Allah untuk mengelola bumi ini sebaik mungkin.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup tidak lagi perlu dipertanyakan. Barangkali yang menjadi persoalan adalah praktek dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Jadi, kita harus ingat! Bukan hanya langit dan Bumi diciptakan Tuhan, tetapi manusia dan taman. Manusia ditakdirkan hidup dalam taman, dalam suatu ketergantungan.
Taman bagi lurah adalah wilayah kelurahan, kecamatan bagi camat, kabupaten bagi bupati, kota bagi wali kota, provinsi bagi gubernur, dan negeri bagi presiden. Pejabat yang dengan enteng meyakinkan rakyat bahwa bencana adalah fenomena alam sedang lari dari tanggung jawab publiknya. Kita masing-masing mempunyai taman yang perlu dipelihara. Rumah dan lingkungan sekitar, kantor, jalan yang kita lalui. Di mana kita berada, lingkungan adalah taman yang harus dipelihara. AMIN

Tidak ada komentar: