Selasa, 17 Desember 2013

PESAN NATAL PGI DAN KWI 2013





Tema “Datanglah, ya Raja Damai”

(Bdk. Yes. 9:5)

Saudara-saudari terkasih,  segenap umat Kristiani Indonesia, Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus Sang  Juruselamat di  dunia. Perayaan  kedatangan-Nya  selalu  menghadirkan kehangatan  dan  pengharapan  Natal  bagi  segenap  umat  manusia, khususnya bagi umat Kristiani di Indonesia. Dalam peringatan ini kita menghayati kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus yang diwartakan oleh para Malaikat dengan gegap gempita kepada para gembala di padang Efrata, komunitas sederhana dan terpinggirkan pada zamannya (bdk. Luk. 2:8-12). Selayaknya, penyampaian kabar gembira itu tetap menggema dalam kehidupan kita sampai saat ini, dalam keadaan apa pun dan dalam situasi bagaimanapun.

Tema Natal bersama PGI dan KWI kali ini diilhami suatu ayat dalam Kitab Nabi Yesaya 9:5 “Sebab  seorang  anak  telah lahir  untuk  kita;  seorang putra  telah diberikan  untuk  kita;  lambang  pemerintahan ada  di  atas bahunya, dan  namanya disebutkan  orang;  Penasihat  Ajaib,  Allah  yang perkasa, Bapa yang  Kekal, Raja  Damai”.  Kekuatan  pesan  sang  nabi tentang kedatangan Mesias dibuktikan dari empat gelar yang dijabarkan dalam  nubuat  tersebut,  yaitu:  1).  Mesias  disebut  “Penasihat  ajaib”, karena Dia sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya, menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna. 2). Dia digelari “Allah yang perkasa” karena  dalam  Diri-Nya  seluruh  kepenuhan ke-Allah-an  akan  berdiam secara jasmaniah (bdk. Kol. 2:9, bdk. Yoh. 1:1.14). 3). Disebut “Bapa yang kekal”  karena  Mesias  datang  bukan  hanya  memperkenalkan  Bapa Sorgawi,  tetapi  Ia  sendiri akan bertindak  terhadap  umat-Nya  secara kekal bagaikan seorang Bapa yang penuh dengan belas kasihan, melindungi dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (Bdk. Mzm. 103:3).  Raja Damai, karena pemerintahan-Nya akan membawa damai dengan bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2).

Seiring  dengan semangat dan  tema Natal  tahun  ini, kita  menyadari bahwa  Natal  kali  ini  tetap  masih  kita  rayakan  dalam  suasana keprihatinan  untuk  beberapa  situasi  dan  kondisi  bangsa  kita.  Kita bersyukur bahwa Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama. Namun, dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara, kita masih merasakan  adanya  tindakan-tindakan  intoleran  yang  mengancam kerukunan,  dengan  diembuskannya  isu  mayoritas  dan  minoritas  di tengah-tengah masyarakat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan kekuasaan.  Tindakan  intoleran  ini  secara  sistematis  hadir  dalam berbagai  bentuknya.  Selain  itu,  di  depan  mata  kita  juga  tampak perusakan  alam  melalui  cara-cara  hidup  keseharian  yang  tidak mengindahkan kelestarian lingkungan seperti  kurang  peduli  terhadap sampah, polusi, dan lingkungan hijau, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran  terhadap  alam  melalui  proyek-proyek  yang  merusak lingkungan.

Hal yang juga masih terus mencemaskan kita adalah kejahatan korupsi yang  makin  menggurita.  Usaha  pemberantasan  sudah  dilakukan dengan tegas dan tak pandang bulu, tetapi tindakan korupsi yang meliputi perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar masih terus terjadi. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah lemahnya integritas para pemimpin bangsa. Bahkan dapat dikatakan bahwa integritas moral para pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot. Disiplin, kinerja, komitmen  dan  keberpihakan  kepada  kepentingan  rakyat  digerus  oleh kepentingan politik kekuasaan. Namun demikian, kita bersyukur karena Tuhan  masih  menghadirkan  beberapa  figur  pemimpin  yang  patut dijadikan teladan. Kenyataan ini memberi secercah kesegaran di tengah dahaga dan kecewa rakyat atas realitas kepemimpinan yang ada di depan mata.

Karena itu, gema tema Natal 2013 “Datanglah, Ya raja Damai” menjadi sangat relevan. Nubuat Nabi Yesaya sungguh memiliki kekuatan dalam ungkapannya. Seruan ini  mengungkapkan sebuah doa permohonan dan sekaligus harapan akan datangnya sang pembawa damai dan penegak keadilan (bdk. “Penasihat Ajaib”).

Doa ini dikumandangkan berangkat dari kesadaran bahwa dalam  situasi apa pun, pada akhirnya  “Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal,” Dialah yang  memiliki  otoritas atas  dunia  ciptaan-Nya.   Dengan  demikian, semangat Natal adalah semangat merefleksikan kembali arti Kristus yang sudah lahir bagi kita, yang telah menyatakan karya keadilan dan perdamaian  dunia,  dan  karenanya  pada  saat  yang  sama,  umat berkomitmen  untuk  mewujudkan  kembali  karya  itu,  yaitu  karya perdamaian di tengah konteks kita. Tema ini sekaligus mengacu pada pengharapan akan kehidupan kekal melalui kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim yang Adil. Semangat tema ini sejalan dengan tekad Gereja-gereja  sedunia  yang  ingin  menegakkan  keadilan,  sebab kedamaian sejati tidak akan menjadi nyata tanpa penegakan keadilan.

Karena itu, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat Kedatangan Kristus tersebut dengan sekali lagi mendorong Gereja-gereja dan seluruh umat Kristiani di Indonesia untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai di mana pun berada dan berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:

Terus mendukung upaya-upaya penegakan keadilan, baik di lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat dan di mana pun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Penegakan keadilan, niscaya diikuti oleh sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.

Terus memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita.

Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita, yaitu Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2014 yang akan datang.

Saudara-saudara terkasih, Marilah kita menyambut kedatangan-Nya  sambil terus mendaraskan doa Santo Fransiskus dari Asisi ini:

Tuhan,

Jadikanlah aku pembawa damai,

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih

Bila terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan

Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian  Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran

Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,

Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,

Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, Memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai, Sebab dengan memberi aku menerima

Dengan mengampuni aku diampuni Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya.

Amin


Selamat Natal 2013 Dan Tahun Baru 2014

 Jakarta, 18 November 2013

Atas nama,

Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI)

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)

Tidak ada komentar: